CERDASI.ID, JAKARTA – Jelang malam peluncuran “Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia,” Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Dialog Warisan Budaya. Dialog yang bertajuk Penguatan Ekosistem Warisan Budaya melalui Sinergitas Anak Nagari ini bertujuan untuk mengedukasi para peserta bahwa Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) adalah milik bersama yang upaya pelestariannya harus disepakati secara berkelanjutan.
Acara dibuka dengan sambutan Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa melalui gelaran Galanggang Arang ini, mulai tahun 2023, Direktorat Jenderal Kebudayaan akan menjalankan amanat untuk menata dan mengaktivasi warisan dunia berupa situs tambang Ombilin.
“Kita memiliki kewajiban kepada dunia, dalam hal ini UNESCO, untuk menjaga keberlanjutan situs tambang batubara Ombilin, baik secara bendanya maupun nilai-nilai penting dalam kehidupan masyarakat Minang. Ketika diminta menjamin keberlanjutan, tanggung jawab ini bukan hanya untuk Indonesia, namun untuk konteks dunia,” tutur Direktur Irini di Asrama Haji Tabing, Padang pada Kamis (19/10).
Tambang batubara Ombilin merupakan wujud nyata dari suatu warisan budaya di Sumatera Barat. Namun tak hanya itu, ada nilai penting lain dalam kehidupan masyarakat Minang yang juga harus dijaga kelestariannya. Nilai penting ini meliputi kearifan lokal, tata nilai bermasyarakat, kebersamaan, dan saling menghargai. Dalam hal ini, upaya menjaga kelestarian situs dan nilai-nilai dalam masyarakat harus terus berjalan beriringan.
“Tambang batubara Ombilin sebagai salah satu sumber energi tidak terbarukan, jika terus digunakan, pada akhirnya akan habis. Namun tidak dengan nilai-nilai dalam masyarakat kita. Ketika kita bicara dalam konteks kebudayaan, semakin banyak digali, semakin banyak dipedulikan, justru akan semakin kaya dan hidup,” jelas Irini.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Kurator Galanggang Arang WTBOS, Edy Utama. Ia menjelaskan bahwa sebagai sebuah wilayah geokultural, Minangkabau juga meninggalkan warisan budaya, yaitu adat Minangkabau yang tak lekang oleh waktu.
Begitu banyak pengetahuan tradisional dan kearifan lokal yang menjadi modal masyarakat Minangkabau untuk menjawab tantangan perkembangan zaman. Hal tersebut menunjukkan betapa andal dan responsifnya orang Minangkabau dalam berhadapan dengan berbagai peradaban yang datang ke nagari-nagari mereka.
“Orang Minangkabau memiliki kemampuan yang kuat dan mekanisme tersendiri dalam melindungi, melestarikan, dan mengembangkan budayanya di tengah zaman yang berubah,” tutur Edy.
Keberadaan tambang batubara Ombilin, jalur kereta api, serta pelabuhan Teluk Bayur menjadi sumber perubahan yang bersifat sinergis bagi Minangkabau dalam memasuki modernisasi dan globalisasi budaya. Meski demikian, menurut Edy, kemampuan dan mekanisme masyarakat Minang tersebut masih harus dibuktikan efektivitasnya dalam menghadapi situasi kultural di masa mendatang.
“Warisan tambang batubara dengan segala propertinya merupakan bagian penting dari warisan budaya Minangkabau. Warisan budaya yang patut dirawat dan dikembangkan, karena di dalamnya ada kearifan, pengetahuan, dan berbagai praktek budaya yang dapat menjadi objek pemajuan kebudayaan, serta menjadi modal sosial anak nagari Minangkabau menggapai kehidupan yang lebih baik,” jelas Edy.
Dialog warisan budaya ini dihadiri oleh sejumlah pemuka masyarakat yang berasal dari nagari-nagari di tujuh kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang terhubung dengan kawasan WTBOS. Para pemuka masyarakat tersebut di antaranya adalah perwakilan Kerapatan Adat Nagari, Bundo Kanduang, Wali Nagari, dan camat. Mereka adalah pelaku penting dalam upaya memperkuat dan memajukan objek warisan budaya di wilayah tersebut. yang juga diundang pada malam peluncuran.
Galanggang Arang sendiri merupakan rangkaian perhelatan budaya yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, untuk menggerakkan ekosistem kebudayaan di kawasan situs tambang batubara Ombilin pasca ditetapkannya sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2019 lalu
Rangkaian kegiatan ini akan berlangsung pada bulan Oktober s.d Desember 2023 di tujuh kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Tujuh kabupaten dan kota tersebut terdiri dari Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padangpanjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang. Diharapkan melalui gelaran ini, para pemangku kepentingan dapat berkolaborasi untuk mendorong kebermanfaatan dan potensi dari warisan budaya dunia tersebut sesuai dengan perkembangan di masyarakat. (cer)
Discussion about this post